Sejarah Wanita Langen Kusuma

Selama ini masyarakat Jawa dikenal sebagai kelompok yang menjalankan konsep patriarkhi(1), serta memosisikan kaum wanita berada di bawah kaum pria. Wanita dalam konteks budaya Jawa sering disebut dengan istilah kanca wingking (teman belakang) dari laki-laki atau suaminya, dan nasibnya juga tergantung sepenuhnya kepada si suami. Kondisi ini kemudian memunculkan pepatah swarga nunut neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun terbawa) yang semakin mempertegas kuatnya konstruksi budaya Jawa yang berkaitan dengan inferioritas wanita. Akibatnya, wanita digambarkan tidak memiliki peran sama sekali dalam mencapai kebahagiaan hidup sekalipun untuk dirinya sendiri. Namun kenyataan membuktikan suatu keadaan yang berbeda. Terdapat suatu masa ketika wanita Jawa memperoleh kesempatan untuk banyak berperan dalam sejarah, salah satunya adalah di bidang militer.

Salah satu bukti diberikannya kesempatan bagi kaum wanita dalam masyarakat Jawa untuk berperan di bidang militer adalah dengan adanya pembentukan kesatuan prajurit wanita di kerajaan-kerajaan Jawa, khususnya sebelum abad ke-19.

Salah satu prajurit wanita yang terdapat di Kerajaan Jawa adalah prajurit wanita Langen Kusuma di Kasultanan Yogyakarta.

Untuk lebih jelasnya baca : prajurit-wanita2


[1] Konsep patriarkhi adalah suatu konsep yang mementingkan garis keturunan bapak atau laki-laki.